Penulis :
Ahmad Basri
Ketua : K3PP Tubaba
Tulang Bawang Barat|Prokontra.news|- Hajat KPU Tubaba setidaknya tadi malam, 23 September 20224, berjalan lancar, walaupun suasana “ pesta “ lebih didominasi oleh pasangan calon tunggal dan partai pendukung. Rapat pleno terbuka pengundian dan penetapan pasangan urut menempatkan calon tunggal (1) dan kotak kosong (2).
Dengan selesai pengundian penempatan nomor urut, setidaknya langkah berkampanye, masing - masing peserta pemilu, calon tunggal maupun kotak kosong, semakin jelas menapak babak baru pada langkah selanjutnya. Strategi, taktik, metode, setidaknya akan lebih fokus merebut kemenangan.
Ada yang menarik dari acara tadi malam, menjadi satu catatan penulis, menyikapi suasana seremonial pengundian dan penetapan pasangan urut. Satu pesan yang menarik bahwa pemilu harus berjalan pada koridor “ jujur dan tanpa money politik - politik uang “.
Penegasan pada konsepsi moralitas spiritualitas “ jujur dan tanpa money politik - politik uang “ sesungguhnya memberi makna yang teramat dalam. Kata “ jujur “ mengindikasikan pada nilai - nilai pesan keagamaan.
Lawan dari jujur tentu adalah kebohongan, kemunafikan, berakhir pada sifat keserakahan. Begitu banyak risalah pesan keagamaan, yang menekankan makna nilai - nilai kejujuran dalam kehidupan sehari - hari. Membiasakan diri pada pada sifat jujur lahir batin, baik dalam perkataan dan perbuatan, sesungguhnya merupakan barang langka yang sangat sulit didapat hari ini.
Mengapa pesan jujur menjadi makna terdalam, sebagai pesan moral spiritual keagamaan, menjelang pilkada, dan itu diucapkan dengan sebuah “ ikrar “ suci yang penuh hikmah. Pilkada adalah proses definitif normatif menghasilkan seorang pemimpin melalui pemilu rakyat.
Jika proses kepemimpinan diraih dengan ketidak jujuran “ money politik - politik uang “ tentu yang terjadi rusaknya tatanan kehidupan. Prilaku Korupsi, perilaku korup, menjadi budaya. Proses kepemimpinan pada akhirnya hanya menghasilkan wajah kemunafikan.
Salah pesan Rasulullah yang sangat terkenal dan mendalam namun sudah banyak ditinggalkan, tentang sifat ciri ketidak jujuran (kemunafikan) yakni “ apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari dan apabila dia dipercaya dia berkhianat “ ( HR. Al Bukhari - Muslim).
Pertanyaan besarnya, apakah kehadiran kita semua, dalam acara pengambilan dan penetapan pasangan urut nomor, yang diadakan oleh KPU, tentang pentingnya menjaga nilai - nilai kejujuran dalam pilkada hanya formalitas basa - basi, atau jangan - jangan kita semua sedang dalam proses menuju watak kemunafikan, sebagaimana pesan hadist Rasulullah, tentang ciri - ciri orang munafik.
Money politik - politik uang, setidaknya mempertegas bahwa, pemimpin yang lahir dari proses “ akal - akalan “ akan membawa kehancuran. Tidak menghasilkan pemimpin yang jujur dan amanah. Jika jujur menjadi pegangan dalam berpolitik, tentunya kita semua hari ini, akan melihat pilkada dengan banyak calon bukan satu calon. Tidak ada yang namanya kotak kosong. (Red)