Breaking news

Selasa, 30 April 2024

Anak Muda - Modal Nekat : Pemimpin Masa Depan

 

Penulis 

Ahmad Basri 

Ketua : K3PP Tubaba 


Tulang Bawang Barat | Prokontra.news |-Anak muda yang ingin menjadi pemimpin “ masa depan “ setidaknya minimal, salah satunya harus mampu berpidato dan berorasi di depan khalayak ramai. Ini penting dilakukan sebagai alat komunikasi politik publik. Fenomena saat ini hanya terlihat menyebar sebatas menyebar banner atau spanduk di pinggir jalan atau paling mudah video, baik media tiktok, instagram, Fb, di media sosial.


Kemudian publik luas hanya sebatas diberi pandangan wajah slogan tanpa narasi makna. Setidaknya publik / masyarakat dengan ‘ pidato - orasi “ akan bisa menilai, sejauh mana ide, gagasan, visi dan misi, yang akan disampaikan kelak menjadi pemimpin dapat dipahami atau diimplementasikan. Ini tentunya sangat penting bagi mereka ingin ingin menjadi pemimpin. 


Tokoh - tokoh sejarah pergerakan kebangsaan indonesia merdeka ketika masih muda, katakanlah seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Tan Malaka, Syahrir, Agus Salim, adalah mereka ahli pidato ahli orasi di depan publik. Mereka adalah para " singa " podium yang mampu membangkitkan semangat perubahan. Dari situ masyarakat mengenalnya secara luas dan terbukti ketika menjadi pemimpin menjadi tokoh perubahan. 


Hari ini kita sedang mengalami defisit atau krisis model gaya kepemimpinan anak muda yang cerdas dan berani tampil dihadapan publik pidato dan orasi. Namun yang terlihat terpampang hanya menemukan banyak anak muda yang sebatas memiliki kekuatan - keinginan dan keberanian hanya orientasi pada " ambisi " nafsu kekuasaan. Sebatas melihat peluang yang ada. 


Anak muda modal nekat sebatas pada ruang sempit, kacamata kekuasaan kesempatan " aji mumpung " setidaknya telah menjadi fenomena yang menghiasi atmosfer suasana sosiologis politik kita saat ini. Hari - hari ini suasana psikologis kebatinan itu yang menjadi tontonan. Perhelatan pilkada misalkan, menjadi arena sangat begitu terasa bagaimana politik kaum muda - anak muda dengan politik “ aji mumpung “ mewarnai suasana dinamika perpolitikan.


Sesungguhnya apa yang kita harapkan andaikan kelak mereka terpilih menjadi pemimpin ? Harus diingat bahwa kita butuh pemimpin yang benar - benar original, hadir memiliki syarat pengalaman dalam segala aspek “ politik birokrasi pemerintahan “ yang mumpuni tidak cukup sebatas modal nekat modal keberanian lalu membangun popularitas semu.


Mereka yang memiliki syarat pengalaman “ politik birokrasi pemerintahan “ apakah di legislatif - eksekutif, kadang harus tenggelam oleh berbagai macam stigma publik dianggap minus “ modal logistik “ dan seolah - olah hanya itu yang menjadi faktor kemenangan. Integritas moralitas kejujuran setidaknya menjadi sesuatu yang harus dimarginalkan, dikesampingkan . 

Dampaknya tentu pada akhirnya yang kita dapatkan hanyalah model kepemimpinan anak muda pragmatisme. Anak muda yang sebatas minus “ pengalaman “ tanpa ide, tanpa gagasan, tanpa visi pembangunan. Hari ini politik media memang memudahkan sesuatu yang tidak pantas menjadi pantas, sesuatu yang belum berpengalaman menjadi pemilik harapan masa depan. (*)